The Other Side of Traveling

the other side of traveling

Melakukan suatu perjalanan nggak melulu menikmati view destinasi wisata yang dikunjungi saja. Ada kalanya berbaur dengan warga lokal justru sama-sama menyenangkan.

Hal nggak biasa yang saya lakukan ketika mampir ke suatu kota dan ada waktu lebih adalah blusukan. Entah itu blusukan pasar atau blusukan nggak jelas gitu.

Jadi ceritanya nih, waktu nge-trip ke Maumere entah kenapa kok ya kepikiran buat mampir ke Pasar lokalnya. Sepertinya waktu itu mau cari-cari barang khas daerah Maumere, entah kain tenun atau apalah.

suasana pasar maumere


Cuaca Maumere yang panas saat itu tetap membuat langkah kaki saya memasuki pintu utama pasar lokal Maumere. Pasar lokal di sini nggak seperti pasar pusat yang ada di kota-kota besar seperti Surabaya, yaitu dengan bangunan gede menterengnya, tapi hanya deretan lapak-lapak sederhana dan malah banyak kain spanduk yang menutupi beberapa lapak untuk menghalau sinar matahari.

Satu hal yang sama dari pasar lokal Maumere dengan pasar lainnya adalah ciri khas bau pasarnya, berbagai aroma ada disini hahaha.

Saya mencoba melewati beberapa lorong di dalam pasar, beberapa ibu pedagang dengan semangatnya menggelar dagangan buah pisang sampai hasil kebun seperti singkong di lantai, mereka dengan sabar menunggu pembeli.

Wisata maumere


Ketika saya dan beberapa teman berada di lorong pasar, ibu-ibu pedagang ini kompak melihat ke arah rombongan saya. Mungkin dari penampilan terlihat bukan seperti warga lokal dan juga mungkin jarang banget ada wisatawan mau masuk pasar.

Lumayan capek juga cuma jalan beberapa lorong, saya pun memilih keluar pasar dan mencari tempat duduk yang agak nyaman di depan sebuah toko. Masih berada di depan pasar.

Saya duduk-duduk di depan toko ini hanya “nothing to do”, bengong saja sambil mengamati sekeliling. Entah kenapa ketika bepergian seperti ini dan sampai pada suatu waktu untuk “nothing to do” seperti membawa saya untuk berkontemplasi.

Pasalnya, ketika saya duduk-duduk ini, nggak jauh dari saya ada seorang anak laki-laki dengan membawa tas berwarna hitam berisikan stok koran yang akan dia jual dan ditangannya juga masih membawa beberapa eksemplar koran, untuk dijajakan ke warga yang juga duduk nggak jauh dari saya.

wisata di Maumere


Saya melihat ke arah anak laki-laki ini, dari perawakannya sepertinya dia duduk di bangku SMP, saya hanya mencoba menebak-nebak saja.

Saya pun tersenyum ke arahnya yang disambut dengan senyuman balik  dan senyumnya itu “astagahhhh manissnya”

“Hai…siniii”, saya mencoba memanggilnya dengan nada yang nggak terlalu keras

Tapi dia hanya senyum-senyum malu saja.

Seketika itu saya berpikir “Ya Tuhan anak seumuran mereka sudah bekerja, bahkan nggak malu, luar biasa”.

Saya ini orangnya mellow, jadi melihat begini dan melamun berpikir seperti ini saja sudah membuat mata saya berkaca-kaca.

Nggak berapa lama, muncul lagi anak laki-laki yang akan masuk ke toko tempat saya memilih duduk ini, saya coba memanggilnya, ehh dianya malah senyum-senyum malu dan memilih langsung kabur ke dalam toko.

Hal ini juga yang membuat saya untuk lebih bersyukur bahkan masih diberi kesempatan maupun rejeki untuk bisa melihat sekeliling saya dimanapun itu. Bahagia itu sederhana tergantung bagaimana memaknainya, yaelahhh bahasanya hehehehe.

Serba-serbi cerita dari melakukan perjalanan melihat dunia luar seperti ini bisa membuat hidup jadi berwarna, sudahkan kalian merenung hari ini? hehehe

Comments

  1. Duhhh kurindu pasar kayak gini, saya paling suka kalau ke pasar, dan pasarnya teratur.
    Waktu kecil, pasar di daerah tempat mama saya itu gitu, orang jualan tuh di tempatnya, meski pasarnya sangat sederhana, tapi udah dibagi-bagi, di mana pasar ikan, ya di situ yang jual ikan semua, di deretan pasar sayur, di situ jualan sayuuurrrr semua.

    Pokoknya enak banget belanjanya, kita tinggal milih mau beli yang mana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. nahh kalau pasar yang rapi begini aku demen mbak rey, jadi jelas tempatnya ya, bagian yang basah sendiri, bagian yang khusus kering kering juga terpisah. kayak jualan ikan disebelah mana, jualan bumbu bumbu nya disisi satunya lagi
      jadi kayak di dalam hypermart kali ya hehehe, kan bersih teratur gitu

      Delete
    2. Nah iya Mba Inun, kebanyakan pasar di Sulawesi kayak gitu juga, senang banget rasanya, kita udah punya banyak pilihan untuk 1 jenis yang kita cari.

      Beda ama yang di Surabaya, bahkan pasar gede aja juga kadang nggak teratur.
      Yang lucunya loh, kadang di pasar yang jual daging buat muslim dengan non muslim loh dicampur, etdaahh hahahaha

      Delete
  2. Akupun sukaaaaa blusukan begitu saat sdg traveling mba :). Melihat kehidupan lokalnya. Apa yg mereka kerjain dll. Aku prnh duduk lama di warung kopi gitu, sambil ngeliat kehidupan pagi orang2 lokal. Apa yg mereka biasa makan, ngobrolin apa , menarik aja liat kehidupan org lain yg jauh beda dari kita. Walo kdg ada juga yg bikin aku sedih, trutama kalo ketemu dengan anak2 yg di usianya udh hrs kerja :(.

    ReplyDelete
    Replies
    1. *toss*
      duduk lama di warung kopi lokal sambil mengamati kehidupan pagi warga sekitar memang menyenangkan ya mbak.
      iya mbak Fan kalau melihat anak anak kecil yang harusnya bisa menikmati masa masa belajar atau bermain-nya aku sedih, positif thinkingnya adalah mungkin mereka harus membantu keluarganya dan bahkan mereka sudah berpikiran bekerja di usianya yang masih remaja atau bahkan masih anak-anak

      Delete
    2. Tapi enggak sekarang ya Mba Fan, serem juga blusukan di tengah pandemi gini hahahaha

      Delete
  3. Aku belum pernah travelling nun jauh seperti mbak Ainun—which someday (i hope) i will. Makanya hal-hal semacam ini hanya bisa aku lakukan kapanpun aku jalan-jalan keluar keliling kota, mbak. Entah mau ke toko buku, atau sekadar ke mall. Sebetulnya selain mau beli barang, salah satu tujuanku ke luar adalah ingin refreshing, sekaligus menyadarkan diri sendiri yg selama ini kurang bersyukur dan banyak ngeluh. Soalnya setiap kali kita jalan ke luar, pasti adaa aja kita nemuin teman-teman di luar sana yg harus susah payah cari makan, bahkan seperti cerita pengalaman mbak di atas, banyak anak kecil yg harus jualan untuk bisa membantu menghidupi keluarga, atau sekadar ikut ortu mereka mengais di jalan. Momen-momen seperti itu yg selalu aku butuhkan, untuk membuat diri ini sedikit lebih berarti dan lebih membuka mata, dan setidaknya bisa sedikit membantu menyenangkan mereka dengan sedikit rezeki yang kita punya. Aku selalu berdo'a semoga adik-adik dan teman-teman di luar sana selalu dijaga dan dilapangkan hati serta rezekinya oleh Allah, Aamiin.🤧

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahhh so sweetnya Awl
      kadang ada kalanya kita merasa kurang ini itu ya, padahal sebenernya lebih dari cukup, dan momen sederhana seperti keluar rumah aja dan ketemu atau melihat lingkungan sekitar jadi membuat diri sendiri kembali berpikir, "ohhh ternyata aku punya ini, punya itu"
      dan bahkan untuk membuat diri sendiri bersyukur masih harus "diingatkan" dulu dengan melihat mereka yang mungkin kehidupannya jauh lebih susah dari kita.

      aminn semoga saudara saudara kita di luar sana dimudahkan rejekinya ya

      Delete
  4. Kak Ai, kalau disenyumin balik sama orang asing, entah kenapa rasanya lebih sangat amat berkesan ya 😂
    Salah satu sisi positif dari travelling adalah melihat kehidupan sosial dari masyarakat di daerah lain. Aku lihat ibu-ibu yang jualan di pasar itu malah seperti nggak ada persaingan sama sekali, duduk menjajakan dagangan kayak lagi ngerumpi aja gitu. Sejuk banget lihatnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya Lia kalau disenyumin sama orang asing, bawaannya ke kita jadi hepi juga. seperti keberadaan kita diterima di tempat itu
      nah yang difoto itu aku juga heran si ibu-ibu ini santai banget duduk berjejeran dan meskipun dagangan yang dijual sama tapi kayak sodara, nggak ada dinding pemisah gitu

      Delete
  5. Entah siapa yang bilang, saya lupa, tapi konon salah satu cara untuk mengenal satu tempat adalah mampir ke pasarnya, Mbak Ainun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ternyata pernah ada yang menyampaikan hal seperti itu ya mas Moris? mungkin pasar ini ibaratnya tempat berkumpulnya semua karakter orang, semua kalangan melebur jadi satu, jadi kita bisa melihat beragam karakter orang disana dan kehidupannya

      Delete
  6. belum pernah blusukan ke pasar sih mba, aku gak kepikiran hehe... kapan2 tak cobain

    djangki | Avant Garde

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe pasar Gede Solo malah menyenangkan dibuat destinasi blusukan, soalnya ada kuliner dawet apa itu ya yang terkenal.
      nahh mungkin di pasar di daerah mas Isna di muara bungo sana ada hal hal yang menarik juga

      Delete
  7. Aku juga suka blusukan ke kalau sedang traveling. Kadang duduk lama sambil menikmati aktivitas warga lokal. Seringkali terlibat obrolan santai dengan warga lokal. Aku percaya bahwa dengan ini aku bisa mendapatkan pengalaman lain dan unik ketika jalan.
    Kadang juga menikmati kulineran khas tempat itu..hehehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. asikkk, menyenangkan ya Mas Vai kalau bisa berbaur dengan warga lokal di tempat asing, apalagi kalau ketemu orang-orang yang baik. Hepi pokoknya

      Delete
  8. Yaa saya juga type yang seperti itu mbak, Jika sedang berjalan2 atau ketempat wisata disuatu daerah yang nyebrang pulau / Luar Jakarta...Yang namanya blusukan kelingkungan warga sekitar, Ditempat wisata yang kita datangi. Akan banyak juga kesan menarik dari tempat wisata itu sendiri..😊😊😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. yess betul kang Satria, apalagi jika berkesempatan ngobrol dengan warga lokal, berasa seperti ketemu keluarga sendiri

      Delete
    2. Jadi pengen ikutan traveling, kayaknya traveling terus ngobrol ama orang lokal, bakalan jadi tantangan berat buat saya tuh, tapi pengalaman keren juga, secara, bahkan ama tetangga saya cuman senyum aja, males ngobrol :D

      Delete
  9. Kalo saya ke pasar tradisional begini biasanya buat liat cewek-cewek di hari libur. Karena menurutku cewek yang berani belanja ke pasar tradisional di hari libur itu luar biasa. 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe nemu aja nih mas rudi.
      iya sih mas rud ada benernya juga, terlihat seperti wanita mandiri ya mereka kalau ke pasar

      Delete
  10. Saya kalo ke pasar tuh pasti mikir gini: kaya gitu dong kalo kerja. Fokus, biar hasil maksimal.

    Secara saya kalo kerja paling mudah terdistraksi sama notif hape.

    Di pasar dan di toko2 yang sibuk tuh ngga ada yang mainan hape.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya bener mba lasmi, biasanya memang ada yang beberapa orang yang kalo kerja kudu fokus dulu ngerjain satu hal itu

      Delete
  11. Mba Ainun, belakangan sblm corona terjadi, aku paling suka ke pasar, klo ada wkt. Seneng ajah liat sayuran, ikan, dan terlebih melihat kesibukan org2 pasar itu 😊

    Rasanya koq damaiiii...

    Aku suka nyuri2 panjang ke bpk2 ,n ibu2 yg jualan di pasar nikmati makanan, minum mereka. Padahal di tengah2 riuhnya pasar...

    Duh, aku aja klo mau makan mesti duduk manis di meja makan. Rasanya pengin seperti itu..

    Mau makan gak usah pake aturan 😊

    Maumere itu di Kupang [NTT] y mba Ainun?
    Seneng iya, pasti di sana udaranya msh bersih. Gak trll bising. Gak kayak di kota2. Spt Jkt, yg aku rasa sumpekkkk...

    Skrg yg aku pengin memang ke desa2/kota2 kecil.. bosen di kota. Pengin makan makanan desa, yg rebus2an/dikukus tapi klo udah gak corona...

    Mba, pasarnya bersih bangettt...
    Aku tunggu postingan berikutnya ttg cerita desa/kampung....
    Thanku mba udah berbagi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. seneng ya mbak kalau kita bisa melihat sisi kehidupan masyarakat daerah lain, misal buat kita yang tinggal di kota besar dan jarang banget liat sawah, ehh giliran pergi ke suatu daerah yang banyak sawahnya udah seneng aja, seger dimata gitu
      semoga corona cepet berlalu ya mba ike, jadi bisa main ke desa desa yang memang udaranya minim polusi seperti di Maumere ini

      Maumere ini ada di Pulau Flores mba, beda pulau dengan Kupang

      Delete
  12. wah lagi traveling ke maumere ya kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. enggak mba Eni, ini perjalanan udah lama banget hehehe

      Delete
  13. Beberapa kali traveling, mampir ke pasar tradisional rasanya memang "beda". Ya, suasananya, barang-barang dagangan, orang-orangnya dan ada sesuatu yang menarik yang beda dengan daerah lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener banget mba, apalagi kalau orang lokalnya ramah ramah, seneng gitu rasanya, kayak disambut hangat

      Delete
  14. Aku malah jarang blusukan mbaa kalo traveling.. padahal seru juga ya jadi ngerti budaya lokal sana dan nambah pengetahuan juga ya kalo ngobrol2 sama warga lokal disana..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kadang kalau waktu ga keburu, aku pun juga nggak blusukan mbak. malah ngelanjutin itinerary tempat wisata hits yang lagi booming biasanya :D
      kadang kalau berada "dekat" dengan warga lokal dengan cara blusukan gini, ada cerita seru sendiri yang bisa didapat, kebiasaan kebiasaan baru yang mungkin baru kita liat juga

      Delete
  15. Yaampun sukaa bgd ceritanya Mba Ainun.. Sedih yaa liat ibu2 udah od tua tp masih semangat jualan. Anak2 juga udah mulai kerja sejak kecil 😥

    Ini juga lah yg bikin aku sampe skrng klo pergi2 ga ikut tour atau tavel agent gt. Biar bisa slow down sambil memperhatikan sekeliling..

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangat mereka luar biasa ya mba Thessa, bahkan anak anak setempat yang aku liat masih membantu ortunya jualan di pasar.
      kalau ada waktu free dan bingung mau ngapain ketika bepergian, explore ga jelas seperti ini cukup menarik juga

      Delete
  16. Setahu saya, pasar memang seperti ini kak. Deretan lapak dengan terpal sebagai pelindung dari matahari. Tapi kemudian, pasar tradisional seperti itu dipindahkan ke sebuah gedung dengan sewa tempat lagi.

    Dulu, saat main ke pasar saya kesal karena celana selalu berlumpur karena permukaan tanahnya yang becek. Sekarang, ke pasar aksesnya jadi lebih mudah dan bagus. Tapi, nilai emosional saat berada di pasar itu, bagaimana kaki kotor, saling berhimpit-himpitan, itu yang saya rindukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah setuju sama Rahul, model bangunan pasar sekarang lebih modern, malah mirip seperti kayak di mall atau supermarket, lantai bersih, udah nggak panas lagi, lebih tertata.
      Tapi ada pembedanya juga akhirnya dengan pasar pasar tradisional pada umumnya, yang selalu becek. Jadi nggak muncul lagi kesan "tradisional" nya ya

      Delete
  17. Disini di Cikande pasarnya juga berlumpur kalo musim hujan mbak biarpun sebenarnya jalan ke pasarnya sudah di beton.

    Dulu juga banyak anak kecil yang masih usia sekolah SD berjualan di pasar, Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada sih.

    Jauh amat jalan jalannya sampai Maumere.😃

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama dengan pasar di kotaku nih mas Agus, untuk beberapa bagian pasar seperti pasar dengan bangunan kunonya kadang masih sering terlihat becek becek meskipun nggak musim hujan, kadang kan penjual di pasar suka buang air asal aja gitu

      alhamdulillah sekarang anak-anak SD udah pada rajin sekolah ya, mungkin waktu mereka di pasar dulu sebenernya juga bukan karena main main, tapi karena mungkin bantu ortunya

      hehehe itu mah kebetulan aja lagi di Maumere

      Delete
    2. Oh, kirain ada saudara disana lalu sengaja kesana untuk silaturahmi mbak.😀

      Memang kadang anak kecil kalo di pasar itu biasanya bantu orang tua. Soalnya kadang dagangan repot sementara mau nyari orang kudu bayar, akhirnya ya anak sendiri disuruh bantu biarpun masih kecil.

      Delete
    3. aha betul sekali itu mas agus, orangtua sepertinya memang mau mengajarkan anak-anaknya untuk saling membantu dalam anggota keluarganya

      Delete
  18. Keren mbak Ainun jalan2nya udah jauh hehehe :) Iya sih kita melihat orang lain yang kesusahan gitu, kita mesti bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kita ya. Anak2 kayak gitu masih polos, kerja demi sesuap nasi bantu orangtuanya. Kadang sekolahnya jadi semrawut :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini juga termasuk "seni" ketika traveling ya mbak, melihat dunia lebih luas lagi
      semangat anak anak ini memang luar biasa, membantu orang tua juga

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar biar saya senang