Ditengah perjalanan dari Kabupaten Ngada menuju Kabupaten Ruteng, bis yang saya naiki berhenti di pinggir jalan yang sebagian besar disuguhi pemandangan pepohonan kering menguning. Ternyata, si guide mengajak saya dan rombongan berhenti di salah satu warung kecil dan ingin mengenalkan minuman khas dari Pulau Flores ini. Namanya adalah moke.
Dari kamus Wikipedia, moke adalah minuman khas dari Flores yang terbuat dari tanaman siwalan (pohon lontar) dan enau. Moke juga merupakan simbol adat, persaudaraan dan pergaulan bagi masyarakat Flores itu sendiri. Sama seperti yang mbak Reyne bilang, kalau di kampung halamannya di Buton sana, minuman sejenis alkohol sudah menjadi minuman sehari-hari, warganya seperti nggak bisa terpisahkan dengan keberadaan si minuman macam arak itu.
Pembuatan Moke
Moke dibuat dengan proses penyulingan yang sederhana dari buah dan bunga pohon lontar maupun enau. Ketika saya mencoba berjalan menyusuri kebun dibagian belakang warung kecil di pinggir jalan, bapak-bapak dengan lihainya memanjat pohon lontar. Kemampuan memanjatnya membuat saya melongo, cepet banget dan tanpa alat pengaman. Wush wush tahu-tahu sudah dibagian paling tinggi dari pohon lontar.
Bagian belakang tempat pembuatan moke, bisa lihat hewan :D |
Proses pembuatan yang tergolong dengan cara tradisional ini diwariskan secara turun temurun bahkan sampai sekarang. Pengerjaannya pun bukan di pabrik-pabrik mewah tetapi di kebun warga dengan peralatan seperti periuk tanah. Itulah sebabnya, mereka yang membuat moke harus sabar dan ulet supaya mendapatkan hasil moke yang maksimal.
Untuk membuat satu botol moke, diperlukan waktu kurang lebih 5 jam karena yang membuat lama adalah menunggu tetesan demi tetesan dari alat penyulingan yang menggunakan bambu.
Konon nih, moke memiliki khasiat menyehatkan dan tidak memabukkan. Moke yang paling enak adalah moke yang bisa dibakar dan menyala diatasnya dengan cara menyuling kembali moke sebanyak 2 sampai 3 kali proses penyulingan.
Moke dengan kualitas terbaik ini hanya akan disajikan pada akhir pekan dan acara-acara adat sebagai pendamping hidangan utama.
Oya, cara membuat moke amat sederhana dan mudah bagi masyarakat Flores sendiri, yaitu buah pohon lontar diiris menggunakan pisau kecil untuk diambil airnya saja. Bagian pohon lontar atau enau yang disadap adalah bagian tangkai bunga. Aliran air nira ini ditampung dalam batang bambu. Air nira yang sudah ditampung ini, kemudian disaring dan dimasak menjadi moke.
Prosesnya pun membutuhkan dua tahap, yaitu memasak dan menyuling. Proses masak maupun menyuling ini tetap menggunakan peralatan tradisional dan dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu tungku api, periuk tanah dan rangkaian bambu yang cukup panjang.
Nah, tungku api ini berfungsi sebagai tempat pembakaran nira, periuk tanah berfungsi sebagai wadah memasak nira dan rangkaian bambu dengan ukuran yang besar sebagai wadah pengembunan.
Rangkaian bambu ini dipasang dari mulut periuk tanah kemudian disambung dengan bambu-bambu yang berukuran kecil diarahkan menuju tempat penampungan moke. Sebelum disambung, bambu-bambu ini dilubangi agar bisa mengalirkan penguapan nira yang akan menjadi moke. Semakin panjang rangkaian bambu, maka semakin bagus kualitas mokenya. Umumnya warga Flores menggunakan potongan botol air mineral untuk menampung uap nira ini.
Moke Mudah Didapatkan
Karena moke ini adalah minuman khas dari Flores, nggak heran jika dikota-kota seperti Maumere ataupun daerah Sikka mudah sekali ditemukan. Sayangnya waktu saya di Maumere, saya masih belum tahu kalau ada moke jadi nggak bisa tahu peredarannya dan guide juga belum bercerita soal moke. Baru di daerah Aimere ini, di pinggir jalan cukup banyak juga yang menjual. Untuk harga moke per botol dengan ukuran sedang yaitu sekitar 15ibu sampai 20ribuan.
Bagaimana rasa moke?
Sebagai pengalaman baru di tanah Flores, nggak mau ketinggalan buat icip-icip si moke ini, dannnnn rasanya adalah mirip bensin, hyaa hahaha. Entah kenapa waktu tegukan pertama kali, menurut saya pribadi seperti bau bensin. Kalau minum bensin ya nggak pernah.
Kalau dijabarkan, moke ini agak keras di mulut saya, memang nggak ada pahit-pahitnya.
Temen se-trip saya cerita, menurut dia si moke ini kadarnya masih "biasa" saja. Nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan sama nge-wine yang model jekdi.
Moke juga bisa dijadikan oleh-oleh, seperti temen saya ini, saking pengen bawa moke buat temennya biar bisa merasakan juga, dia membeli sebotol moke. Dan ujung-ujungnya waktu di hotel Labuan Bajo, mikir caranya nge-packing biar lolos di bandara, yaitu dengan melilitkan botol ini ke dalam handuk. Ehh lolos ternyata.
Moke Sebagai Ekonomi Warga
Kalau sudah ngomongin ekonomi memang agak sensitif. Mata pencaharian sebagai pembuat moke adalah sebagian besar yang dilakukan masyarakat Flores, meskipun nggak semuanya sih. Dari pekerjaan ini, si penjual bisa menghidupi keluarganya bahkan menyekolahkan anak-anaknya.
Ketika browsing soal moke ini, malah ada berita mengenai pemerintah setempat yang berencana akan menutup segala aktivitas produksi moke. Walaupun sudah terbit Perda, tetapi masyarakat juga melakukan penolakan akan keberadaan aturan ini. Semoga saja masalah kontroversial ini bisa segera menemukan jalan keluarnya.
***
Yang penting ekonomi masyarakat, tradisi serta pariwisatanya tetap bisa berjalan dengan baik. Supaya makin banyak turis lokal atau asing yang penasaran dengan keunikan masing-masing daerah.
Nah iya, kalau nggak salah ini namanya Arak deh di sana, ada juga Enau ya kalau nggak salah, tapi paling sering tuh Arak itu, disuling gitu.
ReplyDeleteKayaknya memang tradisi gini di bawah dari tempat-tempat dengan mayoritas non muslim ya.
Lucunya di Buton itu mayoritas Muslim loh, tapi banyak banget yang minum-minuman keras.
Kalau bapak saya memang udah terkontaminasi pas masih di Minahasa itu, di sana kan memang mayoritas Kristen, dan memang daerahnya dingin banget, jadinya minum minuman keras itu udah kayak minuman teh buat menghangatkan badan :D
lebih seringnya disebut arak dimana-mana ya mba
Deletenah iya kalo daerah yang mayoritas non muslim, liat orang jualan bebas minuman semacam ini nggak akan heran ya mbak
mungkin terkontaminasinya bapaknya mba rey waktu masih jaman muda dulu ya, biasalah anak muda, kayak anak muda jaman sekarang yang awalnya mungkin coba-coba dan ketagihan
iya mbak kalo pergi ke dataran tinggi biasanya ada yang bawa minuman keras ini untuk penghangat badan, kayak aku waktu ke daerah puncak yang tetanggan sama Bromo sana, timku ada yang bawa minuman keras, dan yaudah minum aja :D
Nah iya, makanya orang-orang kayak di luar negeri di Korea misalnya, mereka minum miras itu aslinya buat menghangatkan badan, hanya saja kadang minumnya berlebihan, jadinya mabuk deh :D
DeleteKalau di Buton, banyak memang, anak-anak muda tuh dulunya hampir semuanya suka minum miras akibat pergaulan gitu
Sepertinya tiap daerah memang punya minuman khas sebangsa moke, yang dibuat dari Enau. Kalau di kampung saya namanya tuak. Tuak nya ada yang halal diminum oleh muslim karena tidak memiliki kadar alkohol, ada juga yang memiliki kadar alkohol tinggi.
ReplyDeletenah iya ada lagi istilah tuak, aku kok lupa kalau ada istilah ini hehehe, sudah diingatkan mas cipu
Deletejustru tuak nggak semuanya mengandung alkohol ya mas cipu, malah ada yang nggak mengandung alkohol dan bisa diicip juga sama warga muslim
btw bukannya kampung mas cipu di sulawesi selatan ya, semoga nanti bisa icip tuak versi sana hahhaha
Sayang banget ya kalau sampe produktivitasnya dihentikan oleh pemerintah. Sebetulnya permasalahan soal ini juga dilematis sih, moke itu sendiri kalau dipikir-pikir kan memang warisan budaya dari nenek moyang mereka di Flores, di sisi lain ada juga regulasi terkait minuman yg gak bisa dengan bebas diperjualbelikan. Padahal pas pertama kali denger sih kirain aku moke itu minuman biasa mba, karena bahan-bahannya yg alamiah gitu hehe, atau emg akunya aja yg gak ngerti arak2an ya ehehe😂😁 Tapi harga segitu termasuk murah ya mba, kirain saya bakal nyampe 30-50an gitu, karena itu kan buatan sendiri. Gak taunya hanya kisaran 15-20ribuan.
ReplyDeleteiya mba awl, kalau udah masuk ke ranah pemerintah daerah terkadang warga nggak bisa berbuat banyak, bener yang disampaikan mba awl, kalau moke ini adalah warisan dari nenek moyang dan maksudnya dipertahankan sampe sekarang biar generasi mereka selanjutnya tetep mengenang keberadaan si moke ini
Deletemasih kontroversi juga ini mba, karena bisa menutup mata pencaharian warga setempat juga. Harga nya waktu itu nggak mahal-mahal banget, standar ya cuman puluhan ribu aja, dan waktu aku kesana juga cuman rombongan aku aja yang berhenti, maklum lintas kota di flores sepi mba, juga ga banyak turis
Baru kali ini gw denger ada orang minum alkohol kaya bensin, wkwkwkwk
ReplyDeleteGak beli kemaren mbak? Harusnya beli, ntar buat giveaway. Nanti gw ikutan deh. Tapi kirimnya ke kantor yah, jangan ke rumah. Ada pawangnya soalnya kalo di rumah, wkwkwkwk.
Mau skrinsyut ahhh, kirim ke rumahnya hahahaha
Deletehahahaha keras nih si moke. Aku ga beli waktu ke sana dan malah bingung ntar nyampe rumah mau dikasih ke siapa, ke temen yang suka minum sebenernya banyak, tapi kok sayang hahaha
Deleteehh giveaway kok hadiah moke wkwkwkwk, bisa dilaporin ntar aku :D
kalau ke flores lagi kok pengen bawain riza si moke ya hahahaha,
hahaha iya mba rey bisa-bisa pulang rumah diintrogasi bini nya ntar
Btw untuk membuat 1 botol moke memakan waktu 5 jam, lama bener ya mbak. Kepo nih 1 botol harganya berapa. Ku kira rasa moke ada manis2nya eh malah mirip bau bensin tah. Hhh
ReplyDeleteiya mbak, proses penyulingan dan masaknya yang makan waktu lama
Deletemurah meriah harganya kisaran 20ribu aja udah sebotol minuman ukuran sedang. murah bener ya hahaha
berharapnya rasa strawberry ya mbak, ehh ini nggak ada rasanya :D
Wah di Flores namanya Moke ya, pernah nih nemu yang kayak gini di Kalimantan tapi namanya Tuak. Aslik mirip, mungkin agak sedikit berbeda bahkan memakan waktu bisa sampe 2 atau 3 hari. Unik sih, tapi sayang aku gak boleh minum :D
ReplyDeletebeda-beda ya sebutannya di tiap daerah, kuliner Kalimantan banyak juga pastinya selain tuak, dan itu yang pengen aku cobain kapan-kapan di kota asalnya mba siti sana :)
DeleteSaya baru tahu tentang moke dari blog ini. Memang setiap daerah punya keunikan tersendiri. Nice info. Blognya juga sangat rapi. Kayaknya bakal sering mampir. Salam kenal. Thanks for sharing.
ReplyDeletebetul mba phebie keunikan tiap daerah yang beragam ini yang bikin penasaran warga baru kayak wisatawan.
Deletedi daerah flores ada moke, di pulau lain juga ada yang sejenis tapi beda nama, untuk rasa bisa jadi juga beda. kekayaan alam yang dimanfaatkan dengan baik oleh warga lokal, terutama kalau sudah menyangkut warisan nenek moyang
terima kasih sudah mampir ke blog ini mba :)
Kaya bensin...??? 😲😲
ReplyDeleteNggaklah mbak rasanya lebih enak dari Bir....Hampir sama kaya minuman Anggur KTI ....Cuma beda warna saja..Anggur unggu kalau MOKE Bening rada butek deh..😊😊
Pernah coba soalnya satu gelas aku..Cuma nggak berani lebih soalnya kebanyakan juga bikin pening dan mual...Terkecuali sudah biasa, 😊😊
Cuma aku dapatnya dulu waktu di kota Bima... Memang kalau mau murah mending beli diFolresnya langsung atau maumere....Cuma jauh sekali butuh waktu 14 jam lebih untuk keFlores.🤯🤯
apa ya kususah mendeskripsikannya, dari tegukan pertama beda dengan minuman yang pernah aku coba sebelum-sebelumnya
Deleteyup betul mas satria si moke ini bening rada butek, iya nih kalo yang udah biasa minum moke kayakna tetep santai gitu tanpa pusing pusing
wow ternyata dulu si moke ini udah pernah singgah di tanah Bima ya, aku kira hanya di tanah flores aja area yang bisa ditemukan si moke ini. kalau dari pulau sumbawa ke flores naik kapal laut lumayan jauh juga perjalanannya
Baru tau nih soal Moke, taunya Sake :D Wwkwkwk..... Jauh
ReplyDeletehahahaha, tapi mirip mirip mas isna, miripnya sama-sama minuman fermentasi
DeleteDi Flores ternyata ada minuman yang khas ya. Ternyata lama amat proses pembuatan Moke ini. Kepo sama rasanya deh apalagi secara tradisional bangeeed juara deh nih.
ReplyDeleteiya mba aku sendiri baru tau waktu ke Flores ini. nah apalagi pembuatannya yang masih tradisional itu, sampe pake bambu bambu dan tungku, tradisi turun temurun pula
DeleteSeperti tuak ya Nun, cuma disuling. Kalau baunya mirip "bensin" mungkin karena dalam prosesnya terjadi fermentasi yang menyebabkan alkohol hadir di dalamnya.
ReplyDeleteKalau membaca kata pohon "lontar", aren, dan sejenisnya, memang tanaman jenis ini termasuk penghasil minuman "ringan" dan enak sih.. hahahaha.. Dulu di Bogor banyak penjual tuak, cuma sekarang sudah sangat berkurang. Tinggal beberapa gelintir saja karena pohon arenanya banyak ditebang..
Makasih Nun ceritanya enak dibaca dan dapet pengetahuan soal Moke...
nah bisa jadi ya pak anton karena proses fermentasi dari pohon aren ini dan proses tradisional, kemungkinan bau yang dihadirkan memang nggak seperti minuman botolan bermerk. agak nyegrak kalau bahasa jawa bilang
Deletebetul di kotaku juga nggak ada yang jual tuak, minuman legen pun juga nggak pernah ditemuin lagi, kalau waktu aku SD, lumayan banyak yang jualan legen ini
Keren banget bisa berkesemoatan melihat langsung proses pembuatan moke, kak 👍!.
ReplyDeleteAku baru tau disini kalau bahan dasar pembuatan moke itu dari ... air pohon siwalan.
Mungkin karena akibat faktor beda tanah ya, pohon lontar di pulau Jawa ngga bisa diolah jadi moke 🤔 .., padahal disini cukup banyak pohon lontar.
iya kak hima, seandainya waktu itu nggak berhenti mampir, aku nggak bakalan tahu ada beginian di Flores
Deletedipikir pikir bener juga kalau di Jawa sendiri banyak ditemui pohon lontar, tapi pohonnya dianggal biasa aja sama warga
Saya pertama kali coba moke di Labuan Bajo, Mbak Ainun. Rasanya buat saya seperti whiskey tapi lebih mulus, nggak sekeras arak Blora, misalnya. Tapi pengalaman paling berkesan soal moke waktu naik Pelni dari Maumere ke Makassar. Di tengah laut, malam-malam waktu lagi dingin-dinginnya, ada bapak-bapak yang ngelapak dekat saya yang bawa moke. Kehangatan moke ampuh banget buat mengusir aingin dingin tengah laut. :D
ReplyDeletePostingannya keren. Saya jadi tahu dapurnya moke sekarang. :D
aku sendiri susah mendeskripsikan rasanya, dari beberapa minuman yang pernah aku minum kayaknya ini beda sendiri
Deleteaku dulu makasar ke maumere naik pesawat cuman sejaman kayaknya, nah mas moris naik kapal laut pengalamannya pasti lebih panjang, perjalanan laut Maumere ke Makasar berapa lama ya mas moris, apalagi kena angin laut sepoi sepoi pas malem gitu, trus "diobati" dengan minuman hangat seperti ini, plong gitu ya rasanya
Saya baru dapat oleh² dari sepupu saya orang Flores, di Malang sini cukup dicari juga lho moke ini. Semakin lama disimpan semakin bagus.
ReplyDeleteHanya sayangnya, anak² muda tidak begitu cerdas memanfaatkan moke, karena masih saja selalu jadi alat untuk mabuk²an, bodoh sekali mereka.
punya saudara di Flores ya kak. Senengnya
Deleteternyata peminat moke di Malang banyak juga ya
kalau moke digunakan dengan nggak bener bisa merusak "mental" anak itu juga ya kak