Susahnya Menemukan Makanan Halal di Daerah Minoritas


Bagi pekerja kantoran yang menginginkan waktu liburan di sela-sela hari kerja biasanya akan mengambil cuti, akan tetapi hal ini tergantung dari aturan tiap perusahaan yang bisa berbeda satu sama lain. Ada perusahaan yang bisa dengan mudahnya memberikan ijin cuti sampai seminggu, bahkan jika jatah cuti tahunan nggak diambil akan diganti dengan uang.

Di tempat saya bekerja, biasanya maksimal cuti yang diberikan adalah 2 hari. Kalau saya sendiri lebih sering mengajukan 3 hari dan pengajuan 3 hari ini akan di acc jika alasan cuti bisa diterima. Itulah sebabnya saya harus pintar memilih tanggal jika berencana cuti, seperti memanfaatkan tanggal merah di tengah-tengah minggu atau extend ijin jika waktunya masih kurang alias nggak memungkinkan untuk balik ke kota asal.


Seringnya destinasi liburan saya ke daerah yang terbilang jauh, jadi libur hari raya yang paling sering saya manfaatkan untuk libur panjang. Ketika memutuskan untuk memilih liburan di waktu libur hari raya biasanya saya memilih daerah yang minoritas penganut muslimnya. Karena saat itu, saya berpikir kalau hari raya, ada beberapa tempat wisata yang akan tutup mengingat kebanyakan pekerjanya biasanya muslim.

Selamat Datang di Flores
Cerita soal bagaimana kendala saya ketika liburan di daerah minoritas muslim dimulai ketika melakukan land trip di Flores. Trip Flores saya lakukan ketika libur lebaran, landing pertama adalah di kota Maumere. Karena Maumere terkenal dekat dengan laut, nggak heran jika banyak warung yang menyediakan menu ikan bakar. Untuk daerah Maumere, Ende ataupun Riung saya nggak menemukan kendala soal makanan, paling gampang dipesan biasanya nasi goreng atau mie.

Di daerah Bajawa, saat mencari makan malam di resto dekat hotel, sebagian besar menu yang dijual adalah mengandung babi, ada beberapa menu chinesee food. Saya pun memesan chinesse food.

Saat trip seperti ini, mau nggak mau saya hilangkan “keraguan” akan kebersihan dari alat-alat masaknya, sebagai konsumen males repot juga harus sidak ke dapur untuk ngecek alatnya, malah nantinya bisa saja saya yang diusir hahaha.

Yang saya yakini, bisa saja wajan ataupun perkakas lain yang dipakai masih dari satu wadah, baik untuk memasak nasi goreng, mie ataupun menu siobak.

Pindah ke kota Ruteng dan Labuan Bajo, tim saya nggak menemukan masalah untuk mencari tempat makan “umum”.

Hallo Bali
Di Pulau Bali banyak banget pilihan tempat makan, tapi bagaimana jika menyeberang ke Nusa Lembongan?

Sebelum menginjakkan kaki di Nusa Lembongan, saya sudah browsing dulu tentang warung yang berada di pulau kecil ini. Satu warung yang menjadi pegangan saya ketika di Lembongan adalah warung Bu Edy.

Warunng makan di Nusa Lembongan
Kenyataannya? Sejak hari pertama kedatangan, saya susah menemukan dimana letak warung Bu Edy dan baru saya lihat secara nggak sengaja di hari berikutnya ketika motoran karena mata saya lagi jelalatan di sepanjang jalan. Karena nggak mau egois sendiri, ya abaikan saja warung Bu Edy ini. Kalau malas ribet, memang pergi makan di resto beach club atau resto sea food, kalau sesekali oke lah. Tapi untuk tiap hari kayaknya kok terlalu pricey juga.

Nggak sengaja di dekat hotel saya menginap, ketemu warung, minimal bisa pesan mie Indomie favorit. Di warung sederhana dengan lantai tanah ini, terdapat etalase mini yang memajang beberapa masakan termasuk tumis sayuran ataupun masakan daging babi. Teman trip saya yang non muslim semua, sangat happy bisa ketemu dengan makanan favoritnya disini. Lah saya?


Bisa ditebak kalau saya sesekali pesan mie dan seringnya memilih nasi campur. Dan yang saya lihat alat masak maupun peralatan makan semuanya jadi satu, mau itu masak daging ayam, sapi ataupun babi. Apa mau dikata, yaudah pesan saja, jadi selama beberapa hari di Nusa Lembongan, warung ini menjadi jujugan tiap hari.

Hai Vietnam
Waktu ke Saigon, saya sempat mengikuti tur lokal untuk destinasi yang jauh keluar kota. Seperti biasa, ikutan trip umum seperti ini, ada mampir ke resto untuk makan siang. 

Siang itu, bis tur yang saya naiki berhenti di sebuah rumah makan sederhana di pinggiran Saigon, menu yang disajikan bahasanya sulit saya mengerti, ngomong sama pegawainya nggak bisa bahasa Inggris. Yaudah karena nggak ngerti mana menu yang ada daging ayam, sapi atau babi, ya saya asal pilih saja. Yang penting makan dan kenyang.


***
Sensasi susah senang mencari menu makan yang sesuai pilihan di tempat asing memang bisa menjadi kenangan tersendiri buat traveler. 

Apa kalian pernah menemukan hal yang sama seperti saya?





Comments

  1. Selain anti ribet, traveler sejati itu memang kudu tahan banting mengenai makanan ya :D
    Ini nih yang bikin saya jarang bisa traveling.

    Tahu nggak sih, beberapa tahun lalu, saat kami ke Bali, kami bisa liburan irit tapi kami kelaparan hahahaha.

    Gimana enggak, baru aja masuk pulau Bali, ada pick up lewat gitu, kalau di Surabaya kan isinya ayam.
    Di sana isinya babi.

    Belum lagi makanan babi di mana-mana, bahkan saya beli nasgor di warung halal, udah nggak selera makan, dan selama 4 hari 3 malam di Bali, kami setiap hari makan mekdiiiii melulu, kalau nggak nemu mekdi, kami makan biskuit, roti dan beberapa jajanan yang kami bawa dari Surabaya hahaha.

    Nantilah pas pulang nemu D'cost yang memang halal kan, dan enaknya tempatnya ga tetanggaan dengan resto lain yang nggak halal, jadi saya ga baca menu yang lain lagi :D

    Bukan masalah terlalu alim sih kalau saya, memang orangnya lebay banget, makanya saya tuh wajib banget traveling biar berkurang kadar lebaynya hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya mbak, kalau bisa no ribet ribet ya, apalagi kalo jalan sama gerombolan dan musyawarah mufakat aja isinya, kadang kalo jalan ramen ada temen yang mungkin keberatan ya sama pilihan kita

      hehehe kadang rasa males dan mager kalau nyari tempat makan muter muter, paling gampang ya fastfood tadi
      hehehe agendakan kemana gitu mbak setelah pandemi berakhir, mungkin traveling bisa memberi pelajaran survive gitu di tempat asing

      Delete
    2. Itu deh Mba Inun, saya beruntung banget bisa ngeblog dan kenal banyak traveler blog kayak Mba Inun, yang ceritanya itu nggak melulu tentang lokasinya, tapi juga cerita saat jalan-jalannya, jadinya saya jadi ikutan terinspirasi, bukan karena pengen liat lokasinya, tapi merasa kalau traveling itu baik banget buat mental kita :D

      Delete
    3. dan dari traveling ini juga kayak semacam latihan survive buat diri sendiri, gimana ngatur diri sendiri secara mandiri di tempat yang jauh dari rumah, membuat keputusan-keputusan yang tepat jika dijalan nemuin kendala. ada ceritanya pada akhirnya

      Delete
  2. Duh.. Ribet juga ya mbk kalau traveller ke tempat yang nyari makanan halal aja susah. Kalau mau bawa makanan sendiri malah jadinya ribet tasnya penuh sama makanan. Bismillah aja kalau nggak tahu itu halal atau nggak...😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. dibawa enjoy saja mba astri, biar hepi jalan-jalannya
      di beberapa negara mungkin ada makanan yang kurang cocok di lidah orang Indo, dan kita bisa bawa kayak bon cabe atau tambahan-tambahan abon buat pemanis. Buat jaga-jaga
      nah penting nih mba, berdoa dulu ya sebelum makan :D

      Delete
  3. sebagai traveller ga seaktif mba ai aku jarang nemuin hihi, lawong jalan aja jarang piye dong hahahha

    tapi ga memungkiri kalau traveling di tempat yang minoritas muslim ya memang agak riweh cari makanan halalnya ya...kalau aku sih pake baca bismilah dulu seenggak enggaknya cari yang jarang dedagingan, mungkin macam yang banyak sayurannya atau jajanan ringan ringan, kalau ga mentok mentoke pernah di bali carinya ya warnas ala ala banyuwangian yang terkenal murah meriah malah hihi, atau nasgor mie goreng tek tek

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe nasgor mie goreng tek tek ini mengingatkanku waktu jaman kuliah mbak, udah nggak keitung berapa kali makan ini sehari atau seminggu sekian kali
      oia di Bali sebenernya banyak juga warung ala Banyuwangi atau Jawa, asal pintar mencari juga

      Delete
  4. Di Bali sebenarnya makanan halal ada buanyaaakkkk banget mba, tapi memang perlu cari di daerah Denpasar. Paling enak dekat-dekat Kerobokan / Seminyak karena masih bersisian dengan Denpasar jadi ada banyak warung halal kalau mau bergeser sedikit dari area wisata dengan harga murah meriah aman di kantong kita 😂

    Dan memang paling aman makan menu ayam atau seafood semisal mau menghindari perbabian 😁 nanti kalau mba Ainun ke Korea, no worries akan saya info menu makanan yang bisa mba Ainun coba 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak kalo ke Bali googling tempat makan dulu biasanya, biasanya ada warung makan enak yang lokasinya masih blusukan. Kalau udah putus aja ujung ujungnya mekdi hehehe
      kalau ke cafe seringnya ala western yang dipesen, suka bingung

      asekkkk ga sabar pengen ke korea hehehe, pengen cobain selain kimchi, kimbab, apalagi ya, ehh pengen juga makan kimchi langsung dari negara asalnya deng

      Delete
  5. Eikeh kalo lagi pergi juga sama. Males pusing. Yang penting bukan babi. Titik. Mau alatnya sama dengan yang diapke buat masak babi sebodo amat. La gak nemu makanan halal, masa iya gw gak makan. Seenggaknya gw udah berusaha gak makan babi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha iya males pusing ya. Sedapetnya aja apalagi kalau udah lapar tingkat dewa, kadang kalo lapar bawaannya suka emosi

      Delete
  6. wah artikelnya sangat bermanfaat kak, bisa jadi referensi untuk kita yang minoritas di luar kota maupun luar negeri.. terimakasih ya kak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama sama kak, soal makanan tetep nggak membatasi siapapun buat tetep jalan.
      ada banyak pilihan sebenernya asal mau mencari informasi

      Delete
  7. Saya kalo traveling biasanya mudah saja sih menemukan makanan halal. Soalnya saya traveling nya paling ke masjid agung Banten atau ke Anyer yang memang mayoritas penduduknya beragama Islam.

    Saya kalah nih sama mbak Ainun, belum pernah traveling ke Bali apalagi sampai Flores. Eh, malah mbak sudah traveling ke Vietnam segala ya.😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. apalagi kalo pas bulan ramadhan ya mas agus, di daerah Banten dan sekitarnya pasti banyak wiskul alias wisata kuliner berjejeran, kalau ini aku juga sukakkkkkk,pengen dibeli semua aja

      waduhhhh saya nggak ada apa-apanya mas agus, semoga nanti mas agus berkesempatan ke Bali ya, aminn

      Delete
  8. Sebagai traveler yg destinasinya malah kebanyakan aneh2 :p, aku mah udah pake prinsip, YANG PENTING BUKAN BABI :D hahahahah. Mau dagingnya disimpen sebelahan Ama porky, ato alat masaknya barengan, piring sendok garpu ga dipisah, aku udh ga pikirin :p.

    Lah kalo disuruh bawa makanan sendiri ku jg emoh mba. Berat2in koper. Suruh masak apalagi :p. Mendingan koper aku isi ama oleh2 dan hasil belanjaan :D.

    Waktu aku ke Serbia, mau cari dimana coba resto yg bener2 halal. Ya aku makan steak nya cari yg beef. Walopun driver yg kami sewa pesennya porky.

    Selama aku tau di kota tujuan ada resto halal, sebisa mungkin aku bakal cari. Tapi kalo memang ga nemu, ya udah aku ga maksain diri :). Apa adanya aja :)

    As aku ke Jepang Ama temenku, kami jelajahnya sampe ke hachinohe, tempat yg jujur aja orang indonesia ga bakal ngeh :p. Tp hobiku memang blusukan ke destinasi aneh begini mba. Naah, kita nyampenya malam, trus laper apalagi winter. Ketemu tempat cuma resto ramen.

    Menu yg dijual syukurnyaaa ada yg kuahnya pake ayam. Tapi daging irisan yg ditaro di ramenku agak mencurigakan Krn bukan ayam pastinya. Untung temenku non muslim. Jd itu irisan daging aku ksh ke dia. Ramenny sendiri yg udh terkena Ama si daging ya tetep aku makan. Yakali aku batal cuma gara2 itu :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha wahh ini pengalaman superrr seruu mbak fan
      iya mbak kalo perginya ke daerah yang susyahhhhh banget nyarinya, asal nggak babi dan kita sendiri nggak tau gimana cara si penjual menyimpan dagingnya, langsung dimakan aja

      hehehe aku kayaknya juga nggak pernah bawa makanan sendiri mbak. Nah enakan berangkat koper ringan, pulang koper berat sama belanjaan atau oleh-oleh ya :D

      blusukan ke daerah yang jarang disebut sama orang Indo memang menyenangkan mba, karena pasti bukan daerah touristy dan bisa melihat atau merasakan suasana kota lain yang bener bener berbeda dengan kebanyakan orang

      Delete
  9. Salah satu tantangan terbesar ngetrip ke daerah yg minoritas muslim itu makanan ya mba:') Harus siap kalau-kalau bersandingan dengan makanan non-halal yg kadang bikin parno ini alat masaknya terpisah atau nggak. Tapi kalau dalam konteks seperti mba tadi, yg semua alat masaknya dicampur dan gak tau daging babi, ayam, dan sapi mana, jalan satu-satunya ya baca do'a yg bener aja kali ya mba sebelum makan😂 atau paling nggak milih makan mie, tp kan sebetulnya gak mungkin makan mie tok selama disana. Menantang banget kayaknya jadi traveller ya mba, jadi merasa tertantang jg😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya mbak, niat baik aja, makan dan doa. Bener yang mba bilang kalo makan mie tiap hari bisa bisa nanti pulang trip masuk UGD :D
      dan kalau muter sampe nemu yang bener bener jual halal aja bisa makan waktu dan nggak makan makan nantinya hehehe

      Delete
  10. pernah kak, waktu ke Pontianak. sebenarnya gak susah2 amat sih untuk cari makanan halal di sana. tapi ini kejadian yang cukup unik. waktu itu kita rombongan berempat sudah kelaparan sangat dan melihat ada warung yang rame banget. wah, dengan stil yakin ini pasti enak nih. semakin dekat terpampang menunya serba mie, wah semakin bersemangat. pas kita duduk ngejip tempat, baru menyadari, pengunjung yang lain kok pada ngeliatin kita begitu ya, ekspresinya agak bingung dan heran. pas pelayannya datang, dia bilang maaf disini jualnya babi. woalahhh pantesan pengunjung lain pada ngeliatin kita karena kita berempat semuanya pakai kerudung hihihi, ya udah gak jadi deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehe udah terlanjur ya mbak
      biasanya tempat makan yang rame, antriannya panjang langsung kepikir pasti nih enak, nggak mikir itu apaan, apalagi pas menu yang di jual isinya mie semua ya,
      sama kayak orang kantorku, orang kantor kebanyakan non muslim, waktu lembur sampe malam, dibelikan mie ayam, enak makan sampe abis, pas abis ditanyai
      "enak nun?"
      "ya enak"
      itulo mie rama hahaha
      mie rama di tempatku sini khusus jualan menu babi-babian mbak wkwkwkwk

      entahlah itu boongan atau emang beneran, lah mienya udah masuk ke perut

      Delete
  11. kalau sudah soal makanan halal ini memang agak repot ya. kalo lagi ke LN, biasanya aku main aman ya ke kfc saja wkwkwk. atau kalau di Indonesia, ke warung masakan padang saja hahaha sudah aman deh itu :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak kalo ke LN dan males muter muter ujung-ujungnya masuk mcd atau kfc, biar penyesuaian di mulut juga nggak kaget kaget banget :D
      atau ke warung serba indian ya mba, palingan juga nasi lemak yang dipesen, suka bingung menu juga

      ohh iya ya ada nasi padang, cuman kadang aku jarang nemuin kalo udah di pelosok kota sama warung padang

      Delete
  12. Di tempatku gak bisa ambil cuti, hahaha bisa pun karena alasan melahirkan, tp plusnya sekalinya liburan semester bisa sebulanan setahun bisa 2x hehe.

    Ngomongin cari makan di tempat wisata memang menggiurkan, apalagi di Bali, Flores dll. Pengalaman saya sih karena jarang ikut tour rame2 seringnya berdua sama partner, kebetulan dia keturunan Tionghoa jadi bisa milihin mana makanan yg bisa aku makan yg nggak. Yah, intinya Bismillah aja gak perlu ragu2 deh, percaya aja toh kita gak bisa mengecek dan nunggu sertifikat halal dari MUI kan, keburu laper hehe.

    Oh iya, sering juga nih ketemu penjual makanan yg jujur, dan bilang klo makanan ini non-halal kemudian dia kasi rekomendasi kuliner lainnya. Hehe, thanks kak udah sharing aku juga mengalaminya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. cuti melahirkan biasanya sampe 3 bulan ya, wahh kalau udah ketemu liburan semester yang lamanya minta ampun itu puassss banget ya :D

      iya bener mbak, berdoa sebelum makan dan kalau kita yakin ya ngga usah mikir yang aneh-aneh, ntar malah ga makan makan kan ya.
      seneng banget kalo ketemu penjual makanan yang care seperti itu ya

      Delete
  13. Pengalaman mencari makanan halal di Bali awalnya memang agak sulit ya. Tiap kali ada teman yang berkunjung, mereka pasti tanya daftar tempat makan halal ada di mana aja. Kalau nggak nemu, ujung-ujungnya makan fast food lagi dan mereka bosan jauh-jauh ke Bali makan fast food hahaha. Tapi ada juga sih yang santai, yang penting nggak makan babi aja meski ke restoran yang jelas-jelas ada menyajikan hidangan oink oink 😅

    Tapi makin ke sini makin banyak restoran halal, Mba Ainun. Kayak di sekitar rumah orangtuaku banyaaaak sekali warung makan Jawa. Kemudian di beberapa wilayah turis, resto halal juga mudah ditemukan. Betul sih apa kata Mba Eno, paling aman makan seafood hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe aku juga seringnya nge-fastfood, kadang males muter muter lagi mbak.
      iya mbak jane katanya warung Banyuwangi juga banyak ya, warung jawa juga, kudu googling nih kalo ke Bali lagi, tapi sebenernya kalau mau nyari blusukan juga nemu, waktu aku nginep di daerah kuta, di rumah rumah warga ada yang buka warung makanan Jawa, enakk bangett

      hehehe seafood enak, sesekali boleh lah apalagi kalau ramean sama segenk hehehe

      Delete
  14. Ujung-ujungnya semakin sering traveling, lama lama akan berprinsip "asal tidak menyajikan babi" hahaha. Sebenarnya di Bali itu lumayan banyak kok warung halal, cuma mungkin kalau masuk ke pelosok memang agak PR, biasanya bawa bekal saja kalau dirasa susah nanti cari makannya Mbak Ainun.

    Kalau di luar negeri, bisa coba cari makanan yang vegetarian, di Vietnam pun sebenarnya bisa, makanan macam rice paper roll nya juga lumayan segar dan mengenyangkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha prinsipnya bener
      iya banyak mas cipu kalau membaca cerita temen-temen, kadang kalo jalan sendiri dan masih nyari, kadang bikin males sendiri hahahaha, nah kadang beli roti dan ujung ujungnya fastfood

      rice paper roll kayaknya belum kucoba, waktu itu coba yang roti kalo ga salah banh mie namanya, lupa :D

      Delete
  15. Berhubung saya belum pernah traveling, tapi karena dulu waktu sekolah dan kerja saya termasuk minoritas diantara temen-temen dan pergaulan. Kayaknya sama sulitnya Mba nyari makanan halal, padahal mah bukan lagi jadi musafir yak, mentok nyari tempat jajanan yang halal aja kadang stress saya Mba hihihi..

    Tapi enaknya, temen yang nonmuslim ini rajin ngasih info bahan makanan apa aja yang mengandung bb, di kedai-kedai atau warung makan yang gak bilang-bilang kalo dagangannya itu ternyata nonhalal. Jadi kalo kepepet, paling sering itu yah makan kue, biskuit, buah, seafood, indomie, telor, gado-gado, atau paling mentoklah minum air mineral sebagai penahan lapar 😂😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau makan kadang masih mikir lama ya mba, "nyari kemana ini, makan apa ini" hehehe, kayak aku jaman ngekos dulu

      temen-temennya baik baik mb rini ngasih tau info tempat makan yang sediain makanan halal, memang kadang ada mba warung yang nggak bilang soal makanan yang dia jual. mau gimana lagi
      hahaha kok samaan kadang minum air mineral sebagai penahan lapar, tapi jangan lama-lama mbak, bawaannya tetep laper nanti

      Delete
  16. Tips buat traveller yang cari makanan halal di tempat yang mayoritas non muslim:
    - cari resto khusus seafood atau warung olahan hasil laut, karena semua hasil laut adalah halal,
    - cari warung masakan padang, karena orang padang mayoritas muslim dan cenderung agamis, dan warungnya ada di mana2 wkwk...,
    - di tempat yang sangat dicurigai makanannya bercampur, pesen aja nasi telur rebus, tinggal tambahin sama kecap ha2. Ini pernah saya praktekkan ketika berkunjung ke negara Laos.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju kak, dan paling gampang opsi ketiga ya, nasi telur rebus ditambah kecap aja juga udah enak
      iya Laos sepertinya agak susah juga ya nyari makanan halal, bisa aku praktekkan nih besok besok

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar biar saya senang