" Saya rasa, saya telah melakukan perjalanan
trip yang akan membuat saya sangat menyesal. Yup, menyesal karena akan membuat
saya ketagihan untuk datang lagi "
Pukul 13.45 WITA pesawat Merpati Airlines
yang saya tumpangi mulai meninggalkan Bandara Sultan Hasanuddin Makasar menuju
Maumere. Pesawat berkapasitas 40-an penumpang tersebut serasa seperti membawa
rombongan keluarga besar, terasa berbeda jika sebelumnya saya dari Surabaya ke Makasar naik jenis
BOEING dan harus berganti pesawat jenis "baling-baling bambu". Seru dan
menegangkan.
Antri |
Pemandangan menjelang detik-detik terakhir
mendarat di Maumere sungguh sangat cantik. Lautan biru dan gugusan pulau-pulau
kecil menyegarkan pandangan mata saya. Karena saya mendapat tempat duduk di
tempat yang kurang strategis, yaitu terhalang oleh sayap dan roda pesawat, saya
kurang leluasa mengedarkan pandangan mata ke lautan luas itu. Perjalanan kurang
lebih 1 jam dari Makasar ke Maumere terasa sangat cepat. Nggak terasa obrolan ringan
saya dengan ibu-ibu yang duduk disebelah saya sudah harus diakhiri.
2 Agustus 2013, pertama kalinya saya
menginjakkan kaki di tanah Flores. Sebenarnya saya sendiri nggak tahu letak Maumere di sudut mananya Pulau Nusa Tenggara Timur. Beberapa bulan sebelum berangkat, meskipun googling segala sesuatu tentang NTT, saya enggan aja mencari letak geografis dari kota ini. Yang saya tahu, perjalanan kali ini akan menghabiskan hari demi hari dari bagian barat sampai timur NTT, dan jelasnya hanya bagian timurnya saja yang saya tahu (baca : Labuan Bajo ) hehe.
Ruang
kedatangan penumpang di Bandara ini
menurut saya lebih mirip aula, tidak terlalu luas tapi cukup untuk menampung penumpang
kalau sekali datang jumlahnya hanya 40-an orang. Di ruang kedatangan ini hanya
ada 7 buah kursi untuk penumpang dan satu buah pendingin ruangan. Cukup lama
saya menunggu bagasi disini. Kelar urusan bagasi, saatnya menunggu bis jemputan
tiba dan langsung check in di Hotel
Pelita Maumere. Belum lama duduk di dalam bis, sekitar 15 menit, ehh sudah
nyampe aja di depan hotel. Hotel Pelita tidak terlalu jauh dari Bandara Frans
Seda, kalau jalan sih ya lumayan jauh, belum lagi bawa gembolan tas backpack, koper
plus tas cangklong.
Menunggu Bagasi |
Jalanan di Maumere |
Nggak lama untuk sekedar meletakkan barang-barang, saya dan teman-teman menghabiskan sore hari dengan mengunjungi beberapa tempat di Maumere, yang merupakan ibukota dari Kabupaten Sikka ini.
- Sea World Club Beach Resort
Jauh
sebelum berangkat ke Maumere, saya googling
penginapan disana. Di sebuah website booking hotel, salah satu rekomendasinya
adalah Sea World Club Beach Resort ini dengan view pantai. Di resort ini
terdapat Dive Shop dan beberapa kamar yang menghadap langsung ke pantai. Pasir
pantainya hitam dan kurang menarik menurut saya hehe. Minimal saya sudah tahu
dan pernah menginjakkan kaki di pasir pantai itu.
- Pelabuhan L. Say Maumere
Jalan-jalan
sore di pelabuhan, menurut kamu gimana ?
Melihat
suasana pelabuhan disini tidak bedanya dengan pelabuhan-pelabuhan di tempat
lain. Pemandangan yang umum terlihat tentunya banyaknya peti kemas berjejeran
dengan warna-warna neonnya itu. Dan, pertama kalinya saya berkenalan dengan
anak-anak Flores yang manis-manis dan unyu-unyu itu. Mereka masih malu-malu mau
gitu diajak foto bareng dan irit banget ngomongnya.
Disisi
lain, saya menjumpai sekelompok bapak-bapak dan pemuda yang sibuk memindahkan
barang-barang ke atas kapal kecil. Dari obrolan singkat saya dengan salah satu
Bapak waktu itu, mereka akan membawa barang-barang tersebut yang sebagian besar
kebutuhan makanan ke Pulau Palue, pulau yang terdengar masih asing di telinga
saya.
Manis-manis kan semuanya ^^ |
Bahan-bahan pokok yang akan dibawa ke Palue |
- Kampung Bajo
Mendengar
nama Bajo, sejenak terlintas di pikiran saya adalah suku yang mendiami Pulau
Wakatobi di Sulawesi dengan rumah-rumah diatas air laut dan bermata pencaharian
sebagai nelayan.
Tapi
kenyataannya saya sedang tidak berada di Sulawesi. Sore hari di sepanjang jalan
menuju Kampung Bajo, berjejer pedagang dari yang mulai berjualan beragam jenis ikan
sampai sayuran dan minuman segar khas menu berbuka puasa. Maklum, ketika saya
kesana masih suasana bulan Ramadhan. Dan lagi-lagi saya bertemu dengan gadis
cilik yang menggelar dagangannya disana. Ia terlihat menyembunyikan muka ketika
saya mencoba memotretnya alias malu-malu gitu. Di kampung ini juga terdapat
beberapa rumah panggung yang mirip dengan Suku Bajo di Sulawesi.
Pedagang disepanjang jalan kampung Bajo |
Senyum malu-malu |
Kampung Bajo saat senja |
Pulangnya mampir dulu di Warung
Jakarta--seingat saya namanya ini, untuk makan malam tentunya. Ngomong-ngomong
soal warung Jakarta, menu makan yang ditawarkan khas menu rumahan dan menu
bakar-bakar ikan gitu. Bolehlah dicoba jika suatu saat ke Maumere dan susah
untuk nemuin tempat makan atau resto disini.
Ngomong-ngomong
soal tempat makan, ada nih tempat makan asyik, mirip cafe, tapi nggak ada live
musiknya lho. Gampangnya sih, cari mini market ”Rejeki Express”, yang terletak
di depan lapangan --nggak tau nama lapangannya, nah, tempat makannya di atas toko ini, dan dekat dengan
Hotel Gardena tempat saya menginap untuk malam kedua di Maumere.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar biar saya senang