Melaka,
destinasi wisata yang masuk dalam daftar UNESCO World Heritage City. Untuk menuju kesana
sebenarnya cukup mudah. Hanya saja waktu saya kesana, petunjuk yang saya
jadikan acuan terlalu banyak, baik itu dari baca buku maupun blogging kesana-kemari,
alhasil rute pun mondar-mandir. Sekali
lagi terima kasih buat blog mbak Noerazkha, Mas Fahmi dan Mas Ari. Dari LCCT saya masih naik Skybus menuju KL
Sentral (RM 9), dari sini masih ribet bertanya jalur ke Terminal Bersepadu
Selatan (TBS) yaitu dengan Komuter. Terminal TBS sendiri bersih, mirip mall, meskipun antri berderet-deret
waktu beli tiket, tidak terlalu panas dan gerah. Kalau saya lihat ke peta lagi,
ternyata cukup makan waktu dengan mondar-mandir itu tadi. Dan sebenarnya ada bus langsung dari LCCT ke
Melaka.
Bus menuju Melaka |
Perjalanan
selama 2 jam dari TBS – Terminal Melaka Sentral terasa sangat cepat. Dengan harga
tiket bis Konsortium (RM 11) dan formasi tempat duduknya 2-1. Cukup nyaman dan
tidak terlalu penuh dan bis berangkat sesuai dengan jadwalnya. Sepanjang perjalanan, saya mengisinya dengan tidur. Sesampainya di terminal Melaka Sentral, kondisi cuaca sedang tidak bersahabat alias turun hujan. Dari terminal
Melaka ke penginapan di Lorong Hang Jebat, saya dan tiga sahabat mbolang memutuskan
untuk naik taksi saja (RM 20) dibagi berempat. Jatuhnya tidak terlalu mahal
per orangnya. Kenapa memilih taksi ? Karena kita bosan sudah berkali-kali ganti naik bis dari awal perjalanan di LCCT dan ingin segera merebahkan tubuh di penginapan walaupun hanya sebentar plus wajah sudah tampak kuyu. Memasuki kawasan Jonker Street jalanan tidak terlalu lebar dan
sempit. Cukup makan waktu juga untuk berputar-putar menuju Lorong Hang Jebat. Sesampainya
di depan penginapan Voyage Cottage kita turun. Kaget !! Ya, karena hostel yang
saya pesan di hostelworld.com fotonya tidak sebagus yang saya lihat saat itu.
Ini aslinya tampak dari luar keren. Ternyata memang bukan itu penginapan saya,
manajemennya saja yang jadi satu.
Explore
kawasan Stadthyus pada saat itu diluar perkiraan saya, turis terlihat memadati
kawasan tersebut. Ternyata di Malaysia sedang libur Imlek. Hari pertama di
Melaka saya mengexplore :
- St. Francis Xavier, gereja tua di daerah Melaka. Bangunannya bergaya kolonial yang masih dipertahankan sampai saat ini. Berjalan terus menyusuri Melaka River sampai menemukan gedung Merah / Stadthyus
- Kawasan Stadtyus. Di area ini terdapat Christ Church Melaka, terdapat aturan untuk tidak mengambil gambar di dalam gereja. Di depan gereja ini terdapat air mancur dan taman yang teduh buat sekedar nongkrong. Berjalan terus saya menemukan seperti reruntuhan benteng dan meriamnya yang masih berdiri kokoh ditempatnya dan disebelahnya terdapat Kincir Air Raksasa ( Kincir Air Kesultanan Melayu Melaka )
- Menyusuri jalanan di Melaka, kembali saya menemukan Muzium Jabatan Kastam Diraja Malaysia dan disebelahnya terdapat Muzium Samudra.
Melaka River |
Muzium Samudra |
Enjoy the night life at Melaka River |
Saya pun memilih menghabiskan sore hari dengan nongkrong disini sebelum akhirnya memutuskan untuk mengexplore kawasan Jonker Street.
Dear Mbak Ainun,
ReplyDelete1. menurut anda mana yang lebih bagus dan menarik antara P.Penang atau Malaka.
2. Tiket kereta Penang Hill (PP) digunakan untuk hari yang sama atau bisa digunakan untuk hari berikutnya
Terima kasih untuk berbagi cerita dan jawaban atas pertanyaan saya.
Salam
Hai Mas atau Mbak ya?
Delete1. Kalo menurut aku Melaka dan Penang sama bagusnya. Krn sama-sama masuk ke Unesco World Herritage. Banyak bangunan2 kuno/tua yg masih bagus
2. Tiket penang hill nya hanya bisa digunakan dalam waktu satu hari saja
Halo mba..
ReplyDeleteSaya juga ada rencana menginap di voyage cottage..
Apakah hostel tsb oke mba.?
Kebetulan sy mencari hostel yg berada di pinggirsungai melaka..apakah di hostel ini terdapat teras yang menghdp ke sungai?
Satu lagi pertanyaan mba..saya menuju melaka dari genting..apakh mba tau..transportasi apa yang dapat kami gunakan..?
Terima kasih mba ainun :)