Lost In Mataram City

Kurang lengkap rasanya kalau saya tidak mengunjungi ibu kota propinsi Lombok. Ya, tujuan saya selanjutnya adalah ngubek-ngubek Mataram. Saya meneruskan pencarian sewaan motornya, untungnya dapet, setelah transaksi beres hitam diatas putih dan jaminan KTP saya pula, saya meluncur ke pusat kota Mataram. Berhubung di tempat rental motor tadi ada majalah Guide To Lombok, kita pinjam juga itu majalah yang memuat peta kota Mataram buat panduan di jalan.

Sepanjang perjalanan di daerah Senggigi, pengendara motor-nya kalau nyetir ngawur, belok nggak ngasih tanda, hampir saja saya tabrak. Bikin emosi dan nggak maksimal buat menoleh kanan kiri. Saya ikuti gambar peta yang ada di majalah dan petunjuk di jalan. Sampai akhirnya saya melewati kawasan Jalan Pejanggik, Jalan Udayana dan mampir pula di Mataram Mall. Puas berkeliling-keliling nggak jelas, saya memutuskan untuk balik ke SONYA Homestay di Senggigi, saya nggak mau kemalaman di jalan, karena rute Senggigi – Mataram kalo malam gelap, berhubung bukan orang asli sana yang sudah hafal medan jalan, tentunya was-was.

Perasaan saya untuk tidak bisa balik lagi ke jalanan semula akhirnya terjadilah - TERSESAT. Keluar dari Mataram Mall saya mengikuti jalur utama, mengikuti naluri, sampai 2 kali lewat di depan Mataram Mall – intinya saya tadi hanya muter-muter di jalan yang sama. Saya coba cari jalan untuk bisa balik di Daerah Bank Indonesia, RRI, dan sekitarnya tetap nggak ketemu. Ehhh malah jalan ke daerah Pelabuhan Lembar yang kita telusuri. HOPELESS.

Saya putuskan untuk mencari kantor Polisi saja. Dengan susah payah juga mencarinya, dengan berbekal kata hati asal belok, asal jalan, asal nemu pokoknya. Baru kali ini turis lokal nyasar minta bantuan ke kantor polisi – serasa mau menyerahkan diri. Ditanya asalnya dari mana, kok bisa bawa motor ke Mataram – dikira nyuri. Saya dan Dini juga dikira masih anak sekolahan yang menghabiskan waktu liburannya disana

Ternyata di kantor polsek pun, kebetulan ada Pak Kapolseknya, jadi beliau langsung yang ngasih petunjuk jalan – sama-sama orang Jawa jadi njelasinnya pake bahasa campur-campur - di gambar di secarik kertas dan menjelaskannya ke kita – tuker-tukeran nomer hape pula. MANTAPPP. Berhubung pikiran saya sudah lari kemana-mana, saya nggak konsen – sempet kepikiran “ mending kawal kita aja pak daripada dijelasin “.
Pucuk dicinta ulam tiba, anak buahnya menawarkan diri ke Pak Kapolseknya sendiri untuk mengawal kita, cihuuuyyyyyyy. Ternyata ada polisi mau juga mengawal bule lokal kesasar.

Pagi hari di Senggigi saya memang tidak begitu antusias untuk melihat sunrise, meskipun penginapan saya langsung berbatasan dengan pantai di bagian belakangnya. Mata saya masih belum bisa diajak kompromi saat itu. Daripada ngganggur nggak jelas, saya pergi ke Pura Batu Bolong pagi-pagi seperti ini, kalau pagi lebih nyaman masih belum banyak pengunjung disana. Layaknya mahasiswa yang melakukan penelitian tesisnya, saya dan Dini bertanya-tanya mengenai seluk-beluk pura dan segala macam tradisi yang ada.






Puas di Pura Batu Bolong, saya masih ada satu janji lagi dengan pengurus Cano di Senggigi. Yup, saya mau ber-cano ria. Aktivitas santai di tengah lautan sambil terpapar sinar matahari pagi, menyenangkan. Puas bermain-main, saya pun memutuskan balik ke penginapan. Berjalanlah saya menuju ke parkiran motor, mencari-cari kunci motor di dalam tas, di jaket, di celana, HILANGG !!! Mampusss. Sudah sepeda sewaan, KTP jadi jaminan, kalau si punya tahu terus marah-marah. Repot

Puas di Pura Batu Bolong, saya masih ada satu janji lagi dengan pengurus Cano di Senggigi. Yup, saya mau ber-cano ria. Aktivitas santai di tengah lautan sambil terpapar sinar matahari pagi, menyenangkan. Puas bermain-main, saya pun memutuskan balik ke penginapan. Berjalanlah saya menuju ke parkiran motor, mencari-cari kunci motor di dalam tas, di jaket, di celana, HILANGG !!! Mampusss. Sudah sepeda sewaan, KTP jadi jaminan, kalau si punya tahu terus marah-marah. Repot


Saya balik lagi ke tempat tadi saya cano, saya tanya-tanya ke orang-orang di sana, ehhh ada mas-mas yang sudah tahu kalau saya kebingungan mencari kunci motor, ternyata dia menemukan dan menyimpannya. Orang Lombok baik-baik, itulah kesan yang saya tangkap dari keapesan-keapesan yang saya alami di sana.
Saya menyebutnya keberuntungan ketiga .











Comments