Kembali ke Zaman Purbakala di Kampung Bena

Memasuki wilayah Bajawa, bis langsung membawa saya ke Kampung Adat Bena.  

Kampung Bena merupakan perkampungan megalitikum yang terletak di puncak bukit dengan view gunung Inerie. Kampung ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Ngada, Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, Nusa Tenggara Timur. 

Menurut history yang saya baca di wikipedia, mereka meyakini keberadaan Zeta, dewa yang bersinggasana di gunung ini yang melindungi kampung mereka. 
Kampung Bena tampak dari kejauhan
Dari sisi dekat masuk ke Kampung Bena
Setelah dijelaskan oleh pemuda asli Kampung Bena, yang juga sebagai guide kita, saya baru tahu kalau tanah yang ada di bagian depan rumah mereka, adalah sebuah pemakaman, berhubung saya tidak melihat tanda-tanda sebuah makam, saya asik saja melewati tanah itu. 
Makam di pelataran halaman
Di kampung ini masih terdapat tumpukan batu-batu dan berdiri tegak, konon sih buat tempat untuk menyembah dewa.
Tampak pula ibu-ibu yang sedang menenun kain di depan rumah mereka, dan beberapa kain yang dipajang untuk dijual ke pengunjung disana. Rata-rata dijual Rp. 100 ribuan untuk selendang kecil. Untuk bisa menikmati pemandangan Kampung Bena secara keseluruhan, pengunjung bisa menuju di bagian belakang yang terletak di ketinggian dan terdapat gazebo yang menghadap Gunung Inerie. Di bagian tertinggi dari Kampung Bena ini juga terdapat patung bunda dengan ukuran kecil, sepertinya digunakan untuk berdoa oleh warga di sana.
 
Lagi asik menenun
Kain-kain yang dijual
Saya sempatkan diri juga untuk masuk ke salah satu rumah warga Kampung Bena, tempat untuk tidur hanya dibagian depan saja, dan siapapun yang tinggal di rumah itu, tidurnya juga jadi satu, beramai-ramai dengan saudaranya yang lain. Tempat untuk memasak, ada dibagian belakang kamar tidur ini, dihubungkan dengan pintu yang kecil, jadi harus membungkukkan badan untuk ke dapurnya. Di sini, juga disimpan kayu-kayu yang digunakan untuk tungku dapur mereka. 
Patung Bunda Meria di bagian tertinggi Kampung Bena
 
Background foto Gn. Inerie

Ruang tamu sekaligus tempat tidur
Tungku masak
Dapur

Kampung Bena dari atas tertinggi
 
Anak-anak manis Kampung Bena

Sebelumnya saya sempat blogwalking dan beberapa diantaranya menyebutkan kalau Bajawa adalah kota kulkas, ya, dinginnya minta ampuuun. Di Bajawa, saya menginap di Hotel Edelweis yang bersebelahan dengan Restaurant Camelia. Beneran, turun dari bis sekitar jam 6an malam, dinginnya bener-bener terasa. Saya memutuskan untuk tidak mandi malam itu, pegang airnya saja langsung bikin keder duluan. Padahal paginya saya nggak sempat mandi setelah nyemplung di Riung. 

FYI :
- Tarif menginap di Hotel Edelweis beragam, dari tarif Rp. 150 ribuan sampai Rp. 150 ribuan tersedia. Ada baiknya booking dulu via telpon. Atau kalau kehabisan, masih banyak hotel di sekitar Jalan A. Yani Bajawa ini.
- Kalau punya waktu lebih, boleh juga mencoba untuk mengunjungi Wawo Muda

Comments

  1. Wahh ka'ainun enaknya jalan-jalan.. Ke kampung seperti itu lagi :3
    bisa dapat pengetahuan juga

    ReplyDelete
  2. Wow itu tempatnya di mana? Di Pulau Jawa? Keren ih >.< Btw aku suka blognya ta follow ya ^^

    folback jika berkenaan ^^

    ReplyDelete
  3. itu di flores mb, tepatnya di bajawa. Iya silahkan mb sudah berkenan difollow, aku folback jg. Btw, blog mb dew jg bagus kok, nice, td ckp lama juga blogwalking kesana :)

    ReplyDelete
  4. Infornya kurang dilengkapi kak, itu kota mana, provinsi apa gitu.

    Trus satu lagi nih, Bunda Maria, buka meria :)

    (andre.web.id)

    ReplyDelete
  5. eh iya andre. Trimakasih untuk koreksiny :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar biar saya senang